Sekedar

Sekedar untuk mengikat ilmu melalui tulisan,
Sekedar untuk mengusir rasa malas,
Sekedar untuk mencoba bermanfaat,
Sekedar untuk mendapatkan ilmu, melalui komentar Anda.

Selasa, 29 Januari 2013

Keuntungan dan Kelebihan Masa Remaja dalam Mengikuti Pembelajaran Praktikum di SMK




Tulisan ini membahas tentang bagaimana faktor sebagai “remaja” siswa SMK dapat berdampak pada kegiatan belajarnya khususnya dalam mengikuti proses pembelajaran praktikum di sekolah. Sebagai contoh saja, praktikum yang dilakukan siswa adalah membuat halaman web sederhana. Dampak yang muncul dapat dilihat dari 2 segi, yaitu segi keuntungan dan segi kerugian. Berikut akan dijelaskan tentang keuntungan dan kerugiannya:
  
Keuntungan

1.      Kemampuan intelektual sampai pada tingkat operasi formal
Anak bisa membaca manual book (dengan membaca petunjuk, anak bisa melakukan). Dalam kegiatan pembelajaran ketika praktikum, siswa diberi panduan misalnya berupa modul praktikum, sehingga siswa dapat melakukan apa yang tercantum dalam modul tanpa harus dibimbing secara menyeluruh oleh guru.

2.      Mampu memikirkan masa depan dan perencanaan untuk mencapainya
Remaja sudah memiliki gambaran tentang target pencapaian atas dirinya, apa yang harus dia lakukan agar masa depannya lebih baik dan target yang sudah direncanakan dapat tercapai  dalam kegiatan belajar, siswa mampu merencanakan seperti apa halaman web yang akan dibuat, serta memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa membuat web sesuai dengan perencanaannya tersebut.

3.      Dipengaruhi oleh kelompok teman usia sebaya (peer group)


Jika seorang anak remaja dapat diterima dengan baik dalam kelompok maka akan terjadi: Perasaan senang dan aman; Remaja akan mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka; Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan social yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
Dalam hal positif, ini akan membuat siswa lebih berkembang, dia akan lebih bersemangat untuk belajar dan mengembangkan pengetahuan. Terkadang materi yang disampaikan oleh guru kurang dapat dimengerti oleh siswa, tetapi dengan belajar dengan penjelasan teman, dia akan lebih mengerti.

4.      Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi
Siswa dapat membuat rencana, strategi, membuat keputusan serta memecahkan masalah. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri, menggali informasi dari berbagai sumber dan mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah.

5.        Rasa ingin tahu
Siswa memiliki sikap ingin tahu akan hal-hal baru yang belum pernah mereka ketahui. Sikap ini muncul seiring cara berpikir kritis yang mereka miliki. Sehingga siswa lebih banyak mencari informasi untuk menambah pengetahuannya. Hal ini berguna ketika siswa mendapatkan materi praktikum, mereka dapat mengeksplor kemampuan dan keterampilannya menggunakan peralatan praktikum yang dihubungkan dengan informasi yang didapat untuk menemukan jawaban dari rasa keingintahuannya.

Kerugian

            Peran sebagai remaja dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pembelajaran praktikum yang memerlukan keterampilan psikomotorik siswa, terkadang memiliki beberapa kerugian, diantaranya:

1.      Penolakan terhadap tokoh otoriter
Remaja merasa senang apabila dirinya dianggap dewasa. Mereka sudah mulai berpikir kritis dan ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dampak negatifnya adalah apabila mereka berhadapan dengan guru yang cenderung bersikap otoriter tanpa memperhatikan keinginan dan saran dari siswa, maka secara otomatis mereka akan membenci guru tersebut dan mempengaruhi siswa lain agar sependapat. Pada akhirnya seluruh kelas cenderung tidak memperhatikan apa yang diinstruksikan oleh guru dan menggunakan peralatan praktikum sesuka hati.

2.      Ketidakstabilan emosi
Emosi merupakan gejala perasaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik. Ketidakstabilan emosi yang sering dialami remaja yang memiliki kecenderungan ke arah yang merugikan siswa sendiri antara lain: marah, takut, malu, cemas, iri hati. Marah dapat terjadi akibat keinginannya terhalang atau keinginan yang lebih besar untuk mendapat kebebasan. Cara menyatakan rasa marah berbeda untuk masing-masing individu, diantaranya: diam tidak mau berbicara, cemberut, menentang, memukul, dan sebagainya. Rasa takut dapat muncul disebabkan oleh hal-hal yang timbul dalam fantasinya sendiri daripada oleh hal-hal nyata. Cara menyatakan rasa takut antara lain gemetar, menundukkan kepala, menangis, dan sebagainya. Rasa malu dapat muncul sebagai akibat dari rasa tidak percaya diri. Cara menyatakan rasa malu diantaranya: menarik-narik pakaian, menggigit bibir, menutup wajah, dan sebagainya. Rasa cemas merupakan rasa takut akan hal-hal yang tidak benar adanya, hanya dalam bayangan saja. Hal yang dapat menimbulkan rasa cemas antara lain: gagal dalam suatu tes, datang terlambat, tidak naik kelas, penyesuaian dengan kehendak orang tua, dan sebagainya. Rasa iri hati dapat muncul dari diri siwa akibat dari perlakuan guru yang tidak adil. Guru cenderung memperhatikan siswa yang pandai saja, sehingga siswa tersebut akan mencari cara agar mendapat perhatian guru, misalnya dengan membuat kegaduhan di kelas.

3.      Kehilangan kepercayaan diri
Rasa tidak percaya diri merupakan rasa tidak percaya atau tidak yakin terhadap kemampuan dirinya. Faktor yang menyebabkannya ada dua, yaitu dari dalam diri siswa dan dari lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa sendiri misalnya dapat disebabkan oleh ketidaklancaran siswa dalam berkomunikasi. Apabila siswa sudah melakukan suatu praktikum di kelas, namun pada tahap mempresentasikan hasil kerjanya, mereka merasa malu untuk memperlihatkan kepada semua temannya apalagi untuk memberikan penjelasan. Faktor dari lingkungan misalnya saat siswa bersemangat untuk mengajukan suatu pertanyaan, menjawab, memberikan tanggapan, maupun menyampaikan ide akan tetapi guru tidak menghargai apa yang telah disampaikan siswa, terkadang malah menyalahkan atau tidak memberikan komentar apa-apa, sehingga dari situ siswa merasa kehilangan kepercayaan dirinya karena takut salah dan dicuekin.

4.      Adanya perasaan kosong
Remaja merupakan masa ketidakstabilan emosi. Pada saat mengalami suatu masalah, mereka cenderung memikirkannya terlalu dalam hingga stres, namun ada pula yang sebaliknya yaitu terlalu cuek dan tidak mau tahu lagi tentang masalah tersebut. Siswa yang terlalu memikirkan masalahnya akan membawanya pula ke lingkungan sekolah, ciri-cirinya adalah siswa sering melamun di kelas dan tidak fokus dalam menerima pelajaran. 

5.      Kecenderungan membentuk kelompok dan membela kelompoknya
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Mereka cenderung untuk mencari teman yang sepaham maupun senasib dengan dirinya untuk mendapatkan rasa nyaman, kebersamaan, dan saling melindungi. Sebagai contoh saat ada anggota kelompok siswa yang diperlakukan tidak adil oleh seseorang, maka teman-teman siswa tersebut akan membelanya, malah ada yang sampai membalas perlakuan tidak adil tersebut.

6.      Merasa berkuasa
Sikap merasa berkuasa pada akhirnya dapat menimbulkan sikap merendahkan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan belajar siswa yang mengharuskan mereka bekerja secara kelompok. Siswa yang pandai cenderung tidak percaya dengan hasil pekerjaan siswa lain yang dianggap kurang pandai, sehingga siswa pandai tersebut lebih memilih untuk mengerjakan ulang semua tugas.

Dari penjabaran tentang karakteristik remaja dilihat dari keuntungan dan kerugian masa remaja dalam pendidikan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa masa remaja identik dengan masa pencarian jati diri yang ditandai dengan banyaknya hal yang bergejolak dalam diri mereka. Hal ini tercermin dari sikap mereka yang kurang bisa mengendalikan emosi, cenderung menentang, cenderung berkelompok. Akan tetapi di lain sisi, kemampuan kogntif siswa telah mengalami perkembangan sehingga mereka dapat membedakan hal positif dan negatif yang dapat mempengaruhi masa depannya. Selain itu, sikap selalu ingin tahu menjadikan mereka bersemangat untuk mengeksplor kemampuan dan keterampilannya melalui kegiatan praktikum di sekolah. 

Penulis: Indah Tri Utami dan Fitri Kurmawati
29 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar