Sekedar

Sekedar untuk mengikat ilmu melalui tulisan,
Sekedar untuk mengusir rasa malas,
Sekedar untuk mencoba bermanfaat,
Sekedar untuk mendapatkan ilmu, melalui komentar Anda.

Selasa, 29 Januari 2013

GUCI




Seorang kolektor benda antik sedang menyusuri toko-toko di sepanjang jalan kota Roma yang hening. Ia terlihat diam, tapi jika dipandang lebih dekat, bola matanya memancarkan sorotan tajam tanda bahwa ia benar-benar konsentrasi melihat dan mencari benda yang akan dibawanya pulang.
   Sang kolektor berhenti sejenak di depan toko di ujung jalan. Senyumnya nampak merekah, matanya berbinar-binar, tenaganya seakan kembali pulih meskipun sudah seharian menyusuri kota ini. Ia melangkah pasti ke arah toko itu, dan “Kreeek….” Suara pintu yang sudah tua itu pun membangunkan seisi ruangan. Sang pemilik toko yang sudah beruban membenarkan sedikit posisi kacamata bulatnya tanpa berucap sepatah katapun.
Disisi lain,
Deretan guci bergumam riang melihat ada pembeli datang. Mereka saling memberikan senyum termanis, bahkan ada yang mengerdipkan mata berkali-kali untuk menarik perhatian sang pembeli. Mereka saling beradu genit untuk dipilih, maklum sudah terlampau lama mereka berada di tempat lembap itu bahkan terlampau bosan hanya memandang bapak tua yang selalu menguap di kursi goyang kesayangannya. Ketika ada pemuda manis datang, mereka beranggapan bahwa itulah sang penyelamat yang akan membawa mereka ke surga, yaitu kehidupan manis setelah kehidupan di toko ini.
Dua bola mata tajam itu berhenti di sebuah meja persegi panjang warna hitam. Di atasnya berdiri dua guci yang menawan. Cukup lama sang pembeli melempar pandangan pada guci satu ke guci yang satunya sambil mengelus-elus lembut. Tampaknya ia mengalami kegalauan memilih salah satu dari kedua guci tersebut. sang pemilik toko beranjak dari kursi goyangnya dan menghampiri sang pembeli. Sambil tersenyum pelit ia bergumam “ehem…tampaknya selera Anda tinggi juga, dua guci ini memang guci terbaik yang saya miliki. Anda akan sangat beruntung bila bisa membawa pulang keduanya”.

Lama sang pembeli diam, lalu baru menjawab “Saya mencari guci yang akan saya letakkan di tempat spesial di ruang tamu. Tapi sayangnya rumah saya sudah penuh dengan barang2 antik, dan hanya ada satu tempat tersisa yang cocok untuk meletakkan satu guci. Itulah kenapa saya bingung memilih satu diantara dua guci ini”.
Sambil mendekat, sang pemilik toko berucap “masing-masing guci memiliki karakter tersendiri dan memiliki keindahan tersendiri pula, coba Anda lihat lebih dekat lagi dan rasakan hembusan nafas guci-guci itu. Manakah yang lebih bisa membuat Anda nyaman.”
Lalu sang pembeli mengikuti saran sang pemilik toko. Ia mendekat ke satu guci sambil menutup mata dan merasakan hembusan nafasnya. Kemudian ia beranjak ke guci lainnya untuk melakukan hal yang sama. Setelah itu sang pembeli menarik nafas dalam-dalam dan menggelengkan kepalanya. Dengan nada bimbang sang pembeli menjawab, “kedua guci ini benar-benar istimewa, saya bingung memilihnya. Hembusan nafas keduanya mampu membuat perasaan saya nyaman. Tapi bagaimanapun juga saya harus memiih.” Dengan mengangkat tangan berat, sang pembeli menunjuk salah satu guci. “baiklah, saya akan segera mengepack.nya.” kata sang pemilik toko sambil mengangkat guci yang telah ditunjuk dan kemudian berlalu.
Sang pembeli melangkah ke arah kasir, tapi sejurus kemudian ia berhenti dan membalikkan badan. Ia kembali mengamati guci yang tak jadi dipilihnya. Ada perasaan berat dan sedih saat meninggalkan guci itu. “barangnya mau dikirim atau langsung dibawa Sir?” suara berat sang pemilik toko membangunkan kesedihannya. “oh langsung saya bawa saja Sir, kebetulan saya membawa kendaraan pribadi”.

================
   Sang pemuda itu memutar lagu klasik di dalam mobil jazznya sambil mengendarai pelan-pelan. Di celah kardus yang membungkusnya, guci diam-diam memandangi sang pemuda sambil tersenyum bahagia. Entah apa yang terjadi, saat itu juga guci mulai menyukai dan menyayangi sang pemuda. Ia tak pernah sebahagia ini, hingga tak salah jika ia menganggap bahwa inilah surga.
   Sesampainya mereka di rumah, tak henti-hentinya sang pemuda bersenandung dan guci tertawa kecil seolah mengikuti gerakan bibir sang pemuda. Dengan hati-hati sang pemuda membuka kardus pembungkus guci, mengangkat guci, dan membelainya lembut. Waaaah guci bagaikan melayang-layang di awan terlampau senangnya. Digendongnya guci tersebut kemudian diletakkan di meja bundar tidak terlalu besar dan banyak ukiran indah dipinggiran serta di kaki-kaki meja. Dalam hati guci menyerua “great, inilah singgasana kebesaranku mulai saat ini. Kehidupan surga akan segera dimulai bersama sang pemuda manis pujaan hati.” Serunya sambil tersipu malu-malu.
    Surga yang diharapkan guci benar-benar terwujud. Setiap hari sang pemuda mengajaknya berbincang-bincang, bercanda, bernyanyi, sambil membelainya lembut. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun pun berlalu, senada dengan perasaan guci yang semakin menyayangi dan jatuh cinta pada sang pemuda kolektor benda antik tersebut.

================
    Beberapa tahun berlalu, entah guci yang merasa terlalu sensitif apa memang seperti inilah kenyataan. Sang pemuda tak lagi memiliki waktu untuknya. Hanya sesekali ia melewati ruang tamu dan melirik guci. Pada saat itu guci hanya menyangka jika sang pemuda lagi sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun sedih, sebisa mungkin guci tetap memberikan senyuman termanisnya berharap sang pemuda melihat kemudian menghampirinya. Waktu semakin berlalu, nampaknya guci hampir putus asa dan ingin mencari tahu apakah yang sebenarnya terjadi dengan pemuda manis itu.
    Hingga suatu hari bel berbunyi “ting tong ting tong, Assalamualaikum…” sang pemuda berlari kecil menuju pintu. Raut wajahnya memancarkan kecemasan dan rasa ingin tau. Dengan sigap sang pemuda mempersilahkan tamu lelaki berpostur tinggi ceking dan berkulit gelap itu masuk dan duduk.
    Tanpa basa-basi sang pemuda memulai pembicaraan “Bagaimana? Anda sudah mengetahui dimana guci itu?” dengan suara seraknya. Sang tamu menjawab “ kemarin saya mengunjungi toko di pojokan jalan Roma. Guci yang Anda maksud sudah dimiliki orang lain. Kemudian dari ciri-ciri yang ditunjukkan sang pemilik toko, nampaknya sang pembeli berasal dari China. Sekarang saya masih dalam proses melakukan pencarian lagi.” Sang pemuda mulai bersandar pada kursi sambil menarik nafas panjang. Dari nafasnya sudah bisa ditebak bahwa sang pemuda lelah, mungkin dia merasa hampir putus asa.
    Sementara itu, guci seakan tersambar petir hingga aliran darahnya mulai berhenti. Ia tak bisa berkata sepatah pun, perasaannya campur aduk. Tak pernah ada di benaknya jika yang membuat sang pemuda berubah adalah karena ia mencari keberadaan guci yang satunya. Guci hanya bisa terdiam lesu dan tak mampu lagi mengangkat kedua ujung bibirnya. Pijakannya seakan goyah dan ingin rasanya ia menjatuhkan diri dari meja bundar ini.
    Guci mencoba menengadahkan wajah kembali. Ia sudah bertekad untuk melakukan berbagai macam cara agar sang pemuda meliriknya kembali. Antara optimis dan egois yang beda tipis. Dengan mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, guci mencoba membangun benteng dan menciptakan keanggunan dirinya untuk menarik perhatian sang pemuda bagaimana pun caranya.
    Waktu terus berjalan, sedikit demi sedikit optimis yang dimiliki guci pun memudar. Seiring dengan kondisi sang pemuda yang menjadi lebih kurus dan lesu. Tidak ada lagi gairah dan pancaran kebahagiaan dari sang pemuda. Bahkan sang pemuda sering batuk dan sakit.
Entah kenapa, melihat keadaan sang pemuda yang memprihatinkan, guci seakan merasakan sakit yang teramat dalam. Jika boleh memilih, guci ingin dialah yang merasakan sakit asal bisa tetap melihat sang pemuda bahagia. Sekilas guci melihat masa lalu dan mengutuk dirinya, seandainya dia tidak ada dari dulu, sudah pasti sang pemuda akan memilih guci yang satunya di toko itu. Dan mungkin saat ini sang pemuda bisa terus bahagia bersama guci yang satunya. Jika mengingat hal itu, guci sangat merasa bersalah dan menyalahkan keberadaannya. Sayangnya ia tak punya kaki untuk melangkah dan kekuatan untuk sekedar menggerakkan dirinya. Karena ia ingin bergeser hingga jatuh dari  meja bundar dan memberikan singgasana kebesarannya itu pada guci satunya.

By: Indah Tri Utami
14 Januari 2013

1 komentar:

  1. Playtech casino | DrMD
    This site is operated by Direx 동해 출장샵 N.V. and is not associated with nor is it endorsed by any professional or collegiate audience. Playtech casino 보령 출장샵 software License: Malta Gaming Authority Rating: 삼척 출장안마 4.3 · 파주 출장샵 ‎1 vote 충청북도 출장샵

    BalasHapus